Kamis, 19 Oktober 2017

KIMIA MEDISINAL "Antihistamin"

 

TURUNAN ETILENDIAMIN, KOLAMIN, PROPILAMIN DAN FENOTIAZIN


 Obat antihistamin itu apa??
          merupakan jenis obat yang dapat dipakai untuk mengatasi berbagai macam jenis alergi. Misalnya, alergi pada makanan, alergi kulit, alergi mata dan lainnya. Obat ini hanya bisa mengurangi reaksi yang ditimbulkan oleh alergi. Antihistamin tidak dapat membebaskan Anda dari jeratan alergi yang telah mendarah daging di tubuh.

 Cara Kerja Antihistamin
            Tubuh kita memiliki zat kimia bernama histamin. Ketika ada zat-zat berbahaya seperti virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, histamin akan muncul dan bereaksi melawan zat tersebut. Perlawanan histamin melawan zat berbahaya ini bisa membuat tubuh mengalami peradangan atau inflamasi.
            Namun, jika Anda memiliki alergi, histamin tidak bisa membedakan mana zat berbahaya dan tidak. Hasilnya, ketika ada zat tidak berbahaya seperti makanan dan debu, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi. Beberapa contoh reaksi alergi yang terjadi seperti kulit gatal, memerah dan membengkak, pilek, bersin-bersin, mata bengkak dan lainnya.Obat antihistamin bisa menghentikan histamin dalam memengaruhi sel tubuh untuk mengeluarkan reaksi alergi tersebut.
            Antihistamin adalah obat yang dapat menghilangkan atau mengurangi kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2, H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.

 Beberapa jenis antihistamin
          dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1.        Antagonis-H1  
      Yaitu  digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
Bisa diberikan obat: loratadina, quetiapine
2.       Antagonis-H2
     digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung.
Bisa diberikan obat: ranitidina
3.       Antagonis-H3
     memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer.
Bisa diberikan obat: adalah ciproxifan

                               
                         
 I.            TURUNAN ETILENDIAMIN
                  Antazolin efek antihistaminnya tidak terlalu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir sehingga cocok digunakan pada pengobatan gejala-gejala alergis pada mata dan hidung. Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal.

Contoh Etilendiamin :
Ø  Mepirin
derivat metoksi dari tripilennamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feneramin dan fenilpropanolamin terhadap hypiper.
Ø  Ripelenamin
digunakan sebagai krim pada gatal-gatal pada alergi terhadap sinar matahari, sengatan serangga dan lain-lain.
Ø  Klemizol
        adalah derivat –klor yang hanya digunakan pada salep atau suppositoria antiwasir.
                                             
        II.            TURUNAN KOLAMIN
          memiliki gugus -0- pada struktur umum- pemasukan gugus Cl, Br, dan OCH3 pada posisi para cincin aromatik akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping

                                                 
  III.            TURUNAN PROPILAMIN
                      Obat golongan ini memiliki daya antihistamin yang kuat. Antihistamin golongan ini antara lain:          
§  Feniramin           :  Memiliki daya kerja antihistamin dan meredakan efek batuk yang                              cukup baik.
§  Khlorpheniramin :  adalah derivat klor dengan daya kerja 10x lebih kuat dan                                            dengan derajat toksisitas yang sama.

§  dan tripolidin       :  Adalah derivat dengan rantai sisi pirolidin yang daya kerjanya                                    agak kuat. Mulai kerjanya pesat dan bertahan lama sampai 24jam
             
Efek samping
Antihistaminika juga memiliki khasiat menekan pada susunan saraf pusat, maka efek sampingannya yang terpenting adalah sifat menenangkan dan menidurkan. Sifat sedatif ini adalah paling kuat pada difenhidramin dan promethazin, dan sangat ringan pada pirilamin dan klorfeniramin. Kadang-kadang terdapat stimulasi dari pusat, misalnya pada fenindamin. Guna melawan sifat-sifat ini yang seringkali tidak diinginkan pemberian antihistaminika dapat disertai suatu obat perangsang pusat, sebagai amfetamin.
 Efek samping lainnya adalah agak ringan dan merupakan efek yaitu :
1 .perasaan kering di mulut dan tenggorokan
2. gangguan-gangguan pada saluran lambung usus, misalnya mual, sembelit dan diarrea.
Pemberian antihistaminika pada waktu makan dapat mengurangi efek samping ini.

                                                

  IV.            TURUNAN FENOTIAZIN

Fenotiazin merupakan golongan obat antipsikotik,fenotiazin dibagi dalam tiga kelompok yaitu :
1.alifatik: fenotiazin alifatik menghasilkan efek sedatif yang                                                 kuat,menurunkan tekanan darah, dan mungkin menimbulkan gejala-gejala                      ekstrapiramidal.

2.piperazin: fenotiazin piperazin ini menghasilkan efek sedatif yang                                sedang,efek antimetik yang kuat,dan menurunkan tekanan  darah. Obat-obat       ini juga menyebabkan timbulnya banyak nya gejala-gejala ekstrapiramidal                                 dari pada fenotiazin yang lain.

3.piperadin: mempunyai efek sedatif yang kuat menimbulkan sedikit                          gejala-gejala ekstrapiramidal dapat menurunkan tekanan darah dan tidak mempunyai efek antiemetik.Obat proklorperazin merupakan obat yang                                           termasuk kedalam kelompok piperazin.

     Farmakodinamik :
 Salah satu turunan dari fenotiazin adalah Klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-(dimetil-aminopropil)-fenotiazin. Derivat fenotiazin lain dapat dengan cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti fenotiazin. CPZ (largactill) berefek farmakodinamik sangat luas. Largactill diambil dari kata large action. 

     Sususan Saraf  Pusat :
     CPZ  menimbulkan efek sedasi disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangasangan lingkungan. Pada pemakaina lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi amat tergantung dari status emisinal penderita sebelum minum obat.  Klorpromazin berefek antispikosis terlepas dari efek sedasinya. CPZ menimbulkan efek menenangkan pada hewan buas. Efek ini juga dimiliki oleh obat obat lain, misalnya barbiturat, narkotij, memprobamat, atau klordiazepoksid. Bebeda dengan barbiturat, CPZ tidak dapat mencengah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik maupun rangsang obat. CPZ dapat mempengaruhi atau mencengah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada chemo reseptor trigger zone. Muntah disebabkan oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler.fenotiazin terutama yang potensinya rendah menurunkan ambang bangkitan sehingga penggunanya pada pasien epilepsi harus berhati-hati. 

            Mekanisme kerja:

            Obat anti psikosis memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya disistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis).obat anti psikosis yang baru (misalnya risperidone)disamping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin.
 
            Efek samping:
CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH. Efek terhadap sistem endrokin ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap hipotalamus. Semua fenotiazin, kecual klozapin menimbulkan hiperprolaktinea lewat penghambatan efek sentral dopamine. Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul, berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam darah perifer.  Kardiovaskular: CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal, yaitu:
         Refleks presor yang penting untuk mempertahankan tekanan darah yang dihambat oleh CPZ.




          Pertanyaan :

1.        antihistamin adalah salah satu obat mengatasi alergi dan bagaimana mekanisme obat nya ?
2.       apakah  ada golongan antihistamin yang aman bagi ibu hamil ?
3.       apakah antihistamin aman bila di konsumsi pada ibu hamil dan penggunaanya pada jangka panjang?
4.       Apa akibatnya jika penggunaan fenotiazin tidak sesuai dengan dosis yang seharusnya?
5.       bagaimana metabolisme dari fenotiazin?
6.       Apakah anak usia dibawah 10 tahun dapat menggunakan obat fenotiazin ?





46 komentar:

  1. Hay vikri, saya akan membantu menjawab no 5

    Terdapat 2 fase metabolisme obat, yakni fase I dan II. Pada reaksi-reaksi ini, senyawa yang kurang polar akan dimodifikasi menjadi senyawa metabolit yang lebih polar. Proses ini dapat menyebabkan aktivasi atau inaktivasi senyawa obat. Reaksi fase I, disebut juga reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila ada penambahan atom oksigen atau penghilangan hidrogen secara enzimatik. Biasanya reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450 monooksigenase (CYP), NADPH, dan oksigen. Obat-obat yang dimetabolisme menggunakan metode ini antara lain golongan fenotiazin, parasetamol, dan steroid.

    BalasHapus
  2. menurut saya boleh diberikan kepada anak-anak namun dosis yang diberikan terbatas dan juga tidak terlalu tinggi

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya namun harus di konsultasikan dulu kedokter agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan

      Hapus
    2. Perhitungan dosis yang sesuai bagi anak-anak, dapat berdasarkan berat badan ataupun umur pasien. Serta disesuaikan dengan kondisi tubuh.

      Hapus
  3. Menurut pendapat saya jawaban no 3, antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan tari, walaupun CTM merupakan pilihan utama untuk ibu hamil namun penggunaan dalam jangka panjang akan membuat mereka yang mengkonsumsi CTM secara terus-menerus akan memiliki beberapa gangguan kesehatan, seperti:

      Sedasi
      Gangguan saluran cerna
      Efek anti muskarinik
      Hipotensi
      Kelemahan otot
      Tinitus
      Euphoria
      Nyeri kepala
      Stimulasi SSP
      Reaksi alergi dan
      Kelainan darah.
      Sumber lain mengatakan bahwa jika mengkonsumsi CTM dalam jangka waktu yang lama juga akan menimbulkan kerusakan ginjal dan hati yang membuat keduanya akan mengalami kerusakan permanen dan sulit diobati.

      Hapus
  4. saya mau ikut berdiskusi, mengenai nomor 4 jika penggunaan fenotiazin tidak sesuai dengan dosis yang seharusnya menurut saya, bisa mengakibatkan kecanduan dikarenakan penggunaannya melebihi dosis yang dianjurkan, dan juga dapat menyebabkan bioavaibilitasnya juga menurun sehingga menyebabkan resiten.

    BalasHapus
    Balasan
    1. apakah penurunan bioavaibilitas dipengaruhi oleh metabolismenya?, karena biasanya dengan dosis yg melebihi terapeutik windows akan menyebabkan OD, jika OD berarti bioavaibilitas di dalam tubuh meningkat...

      bagaimana menurut yg lain?

      Hapus
    2. iya saya setuju dengan kak ivo, jika pemakaian melebihi dosis , maka akan terjadi overdosis / bersifat toksik, sehingga bioavailabilitas fenotiazin didalam tubuh akan meningkat seiring meningkatnya kadar obat yang dikonsumsi, sedangkan jika kurang dari dosis yang seharusnya, maka tidak tercapai nya efek terapi yang diinginkan, dimana biovailabilitasnya didalam tubuh juga dalam kadar yang sedikit

      Hapus
  5. 1. Antihistamin terdiri dari ah1 dan ah2.
    Ah1 memiliki mekanisme kerja yang verupa menghambat efek histamin di otot polos. Yang mana histamin adalah mediator inflamasi sehingga dengan dihambatnya efek histamin maka gejala inflamasi juga berkurang. Sehingga ah1 memiliki efek mengatasi alergi/rx hipersensitivitas.

    BalasHapus
  6. Antihistamin adalah obat atau komponen obat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat histamin dan dipakai khususnya untuk mengobati alergi, Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Sebenarnya zat histamin berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.

    BalasHapus
  7. hai vikri, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 6
    menurut saya obat antihistamin boleh saja di konsumsi oleh anak dibawah umur 10 tahn asalkan memenuhi 5 T yaitu
    tepat pasien
    tepat obat
    tepat dosis
    tepat rute
    dan tepat waktu
    karena obat ini berperan sebgai anti alergi oleh karena itu tidak apa apa jika dikonsumsi oleh anak anak. hal ini lebih baik lagi digunakan sesuai dengan anjuran dokter.terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Membantu jawaban Nola, seperti penggunaan ctm, biasanya tidak baik digunakan untuk anak dibawah 6 tahun. Jadi apabila pertanyaannya untuk anak 10 tahun, saya rasa diperbolehkan asal sesuai dengan anjuran dosis yang diresepkan

      Hapus
  8. Saya akan mnjawab prtnyaan nomr 3. Apakah aman d gunakan dgn ibu hamil ? Sebelum mengkonsumsi obat konsultasikan trlebih dahulu pada dokter untuk dosisnya

    BalasHapus
  9. saya ingin mencoba pertanyaan no 2: yang aman digunakan untuk ibu hamil adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek.

    BalasHapus
  10. Saya akan membantu menjawab permasalahan no. 1
    Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3.
    Antagonis-H1 terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
    Menurut Suswandono dan Bambang (2008), Antagonis-H1 bekerja dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Diklinik digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca, misalnya radang selaput lendir hidung, bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan, dan gejala alergi pada kulit, seperti pruriti untikaria, ekzem dan dormatitis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. menambahkan untuk pertanyaan no.1 yang sudah dijawab putri terutaman anti histamin antagonis h1.
      mekanisme kerjanya yaitu anti histamin terutama yang antagonis H1 adalah anti histamin yang menghambat reseptor h1. ketika histamin dilepaskan oleh sel mast karena terjadinya reaksi alergi menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada sel endotelia. Vasodilatasi mengakibatkan keluarnya cairan sehingga terjadi swelling. oleh karena itu obat antihistamin H1 akan berikatan dengan reseptor acetilkolin sehingga histamin tidak dapat berikatan dengan reseptor, dan mencegah terjadinya alergi.

      Hapus
  11. baiklah saya akan coba menjawab tentang metabolisme fenotiazin. pada dasarnya metabolisme merupakan sesuatu yang sangat kompleks. sehingga berdasarkan buku yang pernah saya baca dan juga berdasarkan struktur dari fenotiazin adapun jalur metabolismenya secara umum yaitu :
    - Dealkilasi-N pada rantai samping N10
    -Oksidasi-N pada rantai samping N10
    -Oksidasi atom S heterosiklik menjadi sulfoksida atau sulfon
    - Hidroksilasi satu inin aromattik (atau keduanya)
    - konjugasi metabolit fenolik dengan asam glukuronat atau sulfat
    -pemutusan rantai samping N10

    BalasHapus
  12. Hai vikrii saya bantu jawab pertanyaan mekanisme antihistamin ya
    Antihistamin, yg kerjanya sbg antagonis histamin, itu berkompetisi dengan histamin untuk menduduki reseptor histamin

    BalasHapus
  13. Saya akan menjawab pertanyaan no 2. Penggunaan obat apapun harap dihindari pada ibu hamil trimester pertama Ini adalah tahap di mana organ utama bayi sedang berkembang. Dokter umumnya mengijinkan wanita hamil mengambil obat pada tahap akhir kehamilan tetapi tidak selama 13 minggu pertama kehamilan.
    Ketika telah melewati trimester pertama Antihistamin generasi kedua boleh dikonsumsi yang mengandung loratadine, cetirizine dan fexophenodine, yang memiliki efek lebih sedikit dibanding antihistamin generasi sebelumnya.

    BalasHapus
  14. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 4 Mengingat obat antihistamin diberikan jika diperlukan saja,
    Jadi obat antihistamin tidak boleh diberikan secara berlebihan karena dapat menyebabkan overdosis. Karena pada dasarnya obat adalah racun jika tidak digunakan dengan tepat

    BalasHapus
  15. No 6 boleh saja di gunakan oleh anak usia di bawah 10 tahun namun dengan dosis yg di sarankan dokter

    BalasHapus
  16. Pertanyaan no.1
    Antihistamin atau penghambat H1, bersaing dengan histamin untuk menduduki reseptor, sehingga menghambat respon histamin. Penghambatan H1 disebut juga antagonis histamin. ada 2 tipe reseptor histamin, H1 dan H2, keduanya menyebabkan respon yang berbeda. Bila H1 dirangsang, otot-otot polos ekstravaskuler, termasuk otot-otot yang melapisi rongga hidung akan berkontriksi. Pada perangsangan H2 terjadi peningkatan sekresi gastrik, yang menyebabkan terjadinya tukak lambung.
    Antagonis H1 biasanya diabsorbsi dengan baik di saluran cerna. Setelah pemberian oral, kadar puncak plasma dicapai dalam 2-3 jam dan efeknya berakhir 4-6 jam. Walaupun demikian ada beberapa obat yang kerjanya lebih lama, misalnya klemastin, setirizin, terfenadin (12-24 jam), sedangkan astemizol 24 jam. Penelitian yang intensif pada obat pertama terbatas. Defenhidramin yang diberikan per oral mencapai kadar maksimum dalam darah kurang lebih 2 jam dengan waktu paruh 4 jam. Distribusi obat ini luas, termasuk di SSP dan dalam jumlah kecil dijumpai di dalam urine dengan bentuk metabolit. Eliminasi obat ini cepat pada anak dan dapat menginduksi enzim mikrosomal hepatik. Hal ini juga tampaknya sama pada obat generasi I lainnya. Sementara itu, obat generasi II, seperti astemizol, terfenadin, dan loratadin diabsorbsi secara cepat disaluran cerna dan dimetabolisme didalam hati melalui sistem mikrosomal hepatik P450.

    DAFTAR PUSTAKA


    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  17. Saya akan mencoba menjawab no 1,jadi mekanisme antihistamin itu,kerjanya sbg antagonis histamin, iya berkompetisi dengan histamin untuk menduduki reseptor histamin

    BalasHapus
  18. nmr 1
    Antihistamin atau penghambat H1, bersaing dengan histamin untuk menduduki reseptor, sehingga menghambat respon histamin. Penghambatan H1 disebut juga antagonis histamin. ada 2 tipe reseptor histamin, H1 dan H2, keduanya menyebabkan respon yang berbeda. Bila H1 dirangsang, otot-otot polos ekstravaskuler, termasuk otot-otot yang melapisi rongga hidung akan berkontriksi. Pada perangsangan H2 terjadi peningkatan sekresi gastrik, yang

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap, betul kak.. Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Sebenarnya zat histamin berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.

      Hapus
  19. menambahkan jawaban nmr 2
    jika menderitaa alergi saat hamil, tidak perlu khawatir, karena obat anti alergi seperti antihistamin relatif aman asal digunakan dengan benar dan seusai aturan pakai, pilihan utama saat hamil yaitu loratadin

    BalasHapus
  20. aya akan membantu menjawab pertanyaan no 2. Menurut Mayo Clinic, antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan lidya, CTM dan difenhidramin cukup aman digunakan pada ibu hamil, tetapi sebaiknya menghindari pemakaian obat ini bila tidak terlalu diperlukan untuk menghidari resiko pada janin

      Hapus
  21. 5. Fenotiazin dimetabolisme dihati

    BalasHapus
  22. Saya akan mnjwb prtnyaan nmr 4.
    jika pemakaian melebihi dosis , maka akan terjadi overdosis / bersifat toksik, sehingga bioavailabilitas fenotiazin didalam tubuh akan meningkat seiring meningkatnya kadar obat yang dikonsumsi, sedangkan jika kurang dari dosis yang seharusnya, maka tidak tercapai nya efek terapi yang diinginkan, dimana biovailabilitasnya didalam tubuh juga dalam kadar yang sedikit

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju, sebaiknya semua jenis obat haruds digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan agar tidak menimbulkan efek toksik dan agar mendapatjan efek terapi yg sesuai

      Hapus
  23. saya akan menjawab no 5
    Terdapat 2 fase metabolisme obat, yakni fase I dan II. Pada reaksi-reaksi ini, senyawa yang kurang polar akan dimodifikasi menjadi senyawa metabolit yang lebih polar. Proses ini dapat menyebabkan aktivasi atau inaktivasi senyawa obat. Reaksi fase I, disebut juga reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila ada penambahan atom oksigen atau penghilangan hidrogen secara enzimatik. Biasanya reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450 monooksigenase (CYP), NADPH, dan oksigen. Obat-obat yang dimetabolisme menggunakan metode ini antara lain golongan fenotiazin, parasetamol, dan steroid.

    BalasHapus
  24. saya akan menjawab pertanyaan no 3
    antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar apa yang di sampaikan syalie, namun untuk 3 smester per 1 penggunaan ctm ini harus di hindari karena tidak aman bagi ibu hamil

      Hapus
  25. Saya mencoba menjawab pertanyaan nmr 1
    Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Sebenarnya zat histamin berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.
    Terimakasih

    BalasHapus
  26. Menurut saya pada saat memberi obat tersebut pada anak-anak boleh saja,namun dilihat dr dosisnya dan umur,dan konsultasi juga terhadap apoteker maupun dokter.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya stuju dengan geby begitu penting dilakukan penyesuaian dosis untuk anak anak terkait dengan kondisi organ yg berbeda dengan orang dewasa

      Hapus
    2. namun menurut saya sebaiknya ya, pengunaan untuk anak harus dihindari terutama untuk usia dibawah 12 tahun karena efek obat ini yang cukup besar pada SSP

      Hapus
    3. saya setuju dengan cindra, butuh perhatian juga untuk penggunaan pd anak2 di bwh 12 thn

      Hapus
  27. saya aan mencoba menjawab pertanyaan no 2
    obat yang aman untu ibu hamil
    Cetirizine HCL
    Chlorpheniramine (Tablet)
    Diphenhydramine HCL
    Fexofenadine HCL
    Loratadine

    BalasHapus
  28. Saya akan menjawab pertanyaan no. 5. Chlorpromazine merupakan salah satu obat yang termasuk dalam kelas phenothiazine. Chlorpromazine sendiri dimetabolisme di hati melalui enzim P450.

    BalasHapus
  29. no 5
    metabolisme fenotiazin terdiri dari 2 fase. Reaksi fase I, disebut juga reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila ada penambahan atom oksigen atau penghilangan hidrogen secara enzimatik. Biasanya reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450 monooksigenase (CYP), NADPH, dan oksigen.

    BalasHapus
  30. 3. antihistamin tidak aman jika digunakan pada ibu hamil, karena beresiko pada efek teratogenik, dan bayi lahir prematur, krena obat ini salah satu obat antipsikotik yg artinya bekerja pad sistem saraf

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju namun ada beberapa obat yg mungkin dapat diberikan pada ibu hamil tentunya sesuai anjuran dokter

      Hapus
  31. Obat Alergi untuk Ibu Hamil Yang Aman adalah Cetirizine HCL, Chlorpheniramine, Diphenhydramine HCL, Fexofenadine HCL

    BalasHapus